Jakarta, 20 Oktober 2020.
Kemarin sore setelah melewati hari yang panjang di kantor, akhirnya waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB dan ya jamnya untuk pulang. Ayyeey! Sesuatu yang memang sangat ditunggu-tunggu karena memang ketika lelah di kantor rebahan dan pulang adalah nikmat setelahnya.
Sore itu aku bergegas untuk absen dan menuju motor kesayanganku yaitu Bobo yang telah menemaniku 5 bulan terakhir. Ya Alhamdulillah motor hasil peluh sendiri. Saat perjalanan pulang aku menyadari bahwa ada yang aneh dengan kedua banku, ketika berjalan terasa sangat berat dan oleng di jalan yang berlobang atau tidak rata. Ya benar saja ternyata banku kempes sekali dan aku berfikir mungkin saja bocor.
Aku berusaha berjalan pelan sambil mengingat dan memandang sekitar jalan, dimana bisa kutemui bengkel atau sekedar tempat mengisi angin. Aku tetap menjaga keseimbangan motor sambil terus berjalan pelan, sampai akhirnya pertengahan perjalananku aku menemukan bengkel kecil di pinggir jalan. Tanpa atap dan hanya sekedar gerobak kecil lengkap dengan pengisi angin.
Aku mengambil sen kanan dan pelan berhenti tepat di depan Bapak tua dimana beliau adalah pemilik bengkel kecil itu. "Pak minta tolong isi udara ya." Sapaku pada bapak itu mengawali. "Oke Mba, sebelah mana ya?" Tanya bapak itu. "Dua-duanya ya Pak" Jawab saya. Saya memandang si Bapak sambil melihat isi dompet saya. Ya ternyata uang cash saya hanya tersisa 24 ribu saja, dalam hati sambil berpikir saya bilang 'kasih berapa ya, biasanya satu ban 1500 atau 2000 saja otomatis paling tidak 4000 saja. Nanti masih harus beli untuk buka.' Ya karena kemarin adalah hari senin jadi saya harus persiapan untuk beli makanan untuk berbuka dan dimana lagi saya bisa menemukan ATM terdekat. Saya sangat banyak berpikir sampai akhirnya si Bapak selesai mengisi dua ban saya, dan dengan bismillah saya niat serahkan uang 5000 tanpa apapun. Dan mengatakan terima kasih sudah mengisi kedua ban saya.
Sampai akhirnya saya melihat ekspresi luarbiasa menyentuh saya, Bapak tua tadi terlihat begitu sangat bersyukur. Bahkan dengan takut-takut menatap saya seperti tidak percaya. Saya kemudian kembali mengendari motor saya dan melihat keadaan kanan dan kiri karena saya akan menyeberang. Bapak itu mengikuti saya bahkan dan membantu menyeberangkan saya. Sungguh luarbiasa sesuatu yang sederhana tapi membuat saya begitu tertampar.
Astaghfirullah betapa menyesalnya saya karena telah terlalu berpikir hanya sekedar untuk memberi lebih pada Bapak itu hanya karena saya hanya sedikit memegang cash dan memerlukannya untuk berbuka. Betapa sungguh kejadian itu membuat saya haru dalam sepanjang perjalanan pulang.
Saya merasakan betapa berharganya uang 5000 tadi bagi orang lain. Sesuatu yang mungkin orang lain harapkan dari pagi untuk sekedar makan untuk sehari. Sesuatu yang mungkin dapat mengisi hari ini untuk sehari besok. Astaghfirullah saya merutuki diri saya sendiri.
Perlakuan bapak yang begitu istimewa itu akan selalu menjadi pengingat saya. Sesuatu yang kamu anggap biasa akan begitu berarti untuk orang lain.
Sampai akhirnya saya ingat perkataan seseorang dalam sebuah tulisan yang saya ingat begini kiranya :
"Jangan pernah menawar dan takut memberi lebih pada pedagang kecil, karena sesungguhnya mereka bekerja untuk menyambung hidup. Bukan lagi berpikir mencari keuntungan atau memeperkaya diri."
Deggg sesuatu yang luarbiasa untuk selalu saya ingat dalam setiap perjalanan hidup saya.
Sore itu berakhir dengan nikmat yang luarbiasa.
Sekian :)
Salam, ciao
Deyuna
No comments:
Post a Comment