Ketika kehilangan begitu nyata
Terkadang waktu memang dibuat berjalan seadanya, membuat setiap orang terkadang harus berjalan bahkan berlari untuk dapat mengejarnya. Tapi sampai kapanpun kejar-kejaran itu tak akan pernah kempud.
Hari ini, aku merindukan dua sosok laki-laki tangguh terhebat dalam hidupku. Waktu memang membuat pertemuan antara aku dengan beliau telah usai. Aku selalu memikirkan kenapa harus secepat ini? Apakah memang akhir dari perpisahan itulah yang sebenarnya ditunggu jauh dari cinta dan sayangnya sendiri.
Waktu itu aku ingat betul sosok yang pertama, ayahku. Beliau yang selalu menggendongku di pundak belakangnya, mengantarku kemanapun saja yang aku mau. Masa kanak-kanakku begitu indah bersama beliau. Aku yang selalu merengek minta ini dan itu dan beliau yang berjuang keras membayar keinginanku itu. Semua tampak begitu nyata dan menyenangkan. Bahkan yang paling sangat aku rindukan, ketika aku selalu diajak dan digendongnya pergi ke masjid untuk berjama'ah seberapa malaspun aku beliau tetap membawaku. Merayuku dengan manja dan iming-iming pulangnya nanti mampir jajan. Dengan bergegaspun ayahku selalu mengambil hatiku. Hingga saatnya hari itupun tiba tepat 29 Mei 2009 kisah kami usai. Ayahku dijemputNya untuk selama-lamanya dan tak lagi bersamaku. Betapa saat itu aku tak mengerti banyak akan itu. Aku yang masih duduk di kelas 3 sd tak tau apa-apa. Aku hanya menyaksikan itu semua, ketika hampir semua orang menangis sampai terlihat begitu rupa. Ibuku terutama, tangisnya pecah dan tak bisa terbendung lagi.
Ayah yang saat itu terlihat tersenyum bahagia saat dimandikan, membuat setiap orang yang ikut andil terharu melihatnya. Bau wangi yang semerbak bahkan tak hilang berhari-hari. Aku yang di hari selanjutnya pun terus mencari dimana ayah dimana ayah dan tak kutemui jawaban dalam fisik. Hanya ksta bahwa ayah pergi Nak.
Aku rindu Yah, ketika ayah yang selalu menuruti keinginanku, ayah yang selalu memaksaku mengingatNya demi kebaikan aku sendiri, aku rindu gendongan ayah .. untuk pertama kalinya kehilangan terperih itu begitu nyata.
Aku rindu Yah, ketika ayah yang selalu menuruti keinginanku, ayah yang selalu memaksaku mengingatNya demi kebaikan aku sendiri, aku rindu gendongan ayah .. untuk pertama kalinya kehilangan terperih itu begitu nyata.
Hingga akhirnya kehilangan nyata pun mengambil sosok terhebatku lagi, yaitu Pakdeku. Hingga akupun harus memahami setiap inchi luka itu sendiri. Tepat bulan februari 2019 sosok pengganti ayahku pun pergi, menemui Sang Kholiq. Betapa hancurnya aku disaat itu. Ketika mendapat kabar akupun tak bisa berbuat apapun, akupun tak ada daya untuk pulang. Tepat di 6 bulan perantauanku di Ibukota. Betapa terpukul aku saat itu, untuk terakhir kali saja aku tak ada daya untuk pulang.
Pakdeku adalah sosok hebat yang mengajariku terus berjuang, yang membuatku belajar menjadi kuat untuk menguatkan orang lain terutama ibuku sendiri. Betapa bertahun-tahun aku bersama beliau, beliau yang selalu membantu ibuku dan aku terdepan layaknya seorang ayahku.
Pakde adalah tempat terbaik ibu untuk mengadu setiap luka dan keluh kesahnya. Aku sangat berterima kasih sama Pakde untuk semuanya..
Pakdee aku rindu njenengan yang selalu menyuruh aku rajin, pakde yang selalu meneriaki ku untuk menyapu, mencuci piring dan menjaga semuanya tetap bersih. Aku rindu Pakde yang selalu menyuruhku membelikan ini itu dengan akhir uang sisanya adalah upah untuk uang jajanku berhari-hari. Aku rindu pakde yang selalu memimpin sholat berjamaah saat dirumah bersama bude dan mbak Nurul. Aku rindu Pakde yang begitu kuatnya bertahan melawan segala sakit untuk menunjukkan bahwa tegar itu memberi kekuatan orang lain. Aku rindu mengambil uang receh pakde untuk jajan ojek yang lewat di halaman rumah. Aku rindu Pakde yang berbicara terbahak hingga serius bersama Ibu dan bude. Aku rindu saat saat berbuka dan sahur waktu puasa bersama Pakde.
Bahkan untuk yang terakhir aku rindu Pakde disetiap lebaran ketika selalu mengambilkan makanan untukku dan adek saat ujung dan ketika besok tak kutemui pakde lagi. Aku kehilangan ayah dan Pakde. Sama sakitnya Buk e kehilangan suami dan kakaknya.
Pakdeku adalah sosok hebat yang mengajariku terus berjuang, yang membuatku belajar menjadi kuat untuk menguatkan orang lain terutama ibuku sendiri. Betapa bertahun-tahun aku bersama beliau, beliau yang selalu membantu ibuku dan aku terdepan layaknya seorang ayahku.
Pakde adalah tempat terbaik ibu untuk mengadu setiap luka dan keluh kesahnya. Aku sangat berterima kasih sama Pakde untuk semuanya..
Pakdee aku rindu njenengan yang selalu menyuruh aku rajin, pakde yang selalu meneriaki ku untuk menyapu, mencuci piring dan menjaga semuanya tetap bersih. Aku rindu Pakde yang selalu menyuruhku membelikan ini itu dengan akhir uang sisanya adalah upah untuk uang jajanku berhari-hari. Aku rindu pakde yang selalu memimpin sholat berjamaah saat dirumah bersama bude dan mbak Nurul. Aku rindu Pakde yang begitu kuatnya bertahan melawan segala sakit untuk menunjukkan bahwa tegar itu memberi kekuatan orang lain. Aku rindu mengambil uang receh pakde untuk jajan ojek yang lewat di halaman rumah. Aku rindu Pakde yang berbicara terbahak hingga serius bersama Ibu dan bude. Aku rindu saat saat berbuka dan sahur waktu puasa bersama Pakde.
Bahkan untuk yang terakhir aku rindu Pakde disetiap lebaran ketika selalu mengambilkan makanan untukku dan adek saat ujung dan ketika besok tak kutemui pakde lagi. Aku kehilangan ayah dan Pakde. Sama sakitnya Buk e kehilangan suami dan kakaknya.
Semua berawal dari kebahagiaan hingga akhirnya kekekalan itu tak ada dan perpisahan begitu nyata. Aku rindu ayah, aku rindu pakde.
Semoga suatu saat Allah mengijinkan kita bertemu di ruang yang berbeda. Aamiin.
Semoga suatu saat Allah mengijinkan kita bertemu di ruang yang berbeda. Aamiin.
Dalam kerinduan yang terlampau nyata akan arti sebuah kehilangan. Jarak yang sampai kapanpun tak akan menemui titik temu kecuali kuasaNya.
Salam sayang dariku Ayah, Pakde❤️
#jakarta170319
No comments:
Post a Comment