Sunday, March 24, 2019

Terbanglah Tinggi, Nak. Akankah Kamu Kembali?

Terbanglah Tinggi, Nak. Akankah Kamu Kembali?


Semalam aku teringat, segelincir kata yang mungkin pernah membuatku sedikit tersentuh. Terbayang sosok yang mungkin bertambah menua berkenannya aku yang tumbuh dewasa.
Ku ulum senyum merekah, untuk membuat suasana menjadi indah. Terdengar lagu yang cukup asing namun membuat sedikit candu.
Perkataan itu layaknya sebuah kasih, ikhlas tulus tak meminta balas.
Ingatlah nak, kehidupan sebuah burung layaknya perjuangan itu.

Ku coba merangkai, sampai sempat membuatku tersendu. 
Burung, ibu burung lebih tepatnya. Keputusannya begitu tegas, memberikan kehidupan dunia anaknya, memberikan kesempatan benihnya tumbuh dan berkembang di dunia yang keras.
“Aku akan berusaha keras, agar kamu menikmati nyata dunia nak.” Dengan tegasnya ibu burung berucap. Setelah menyadari benih itu sudah dalam tubuhnya, betapa dia berjuang keras terbang menembus ribuan halang rintang. Dia usahakan rumah nan indah, membuatnya senyaman dan aman mungkin untuk terhindar dari kejam nya tangan-tangan nakal dan kerasnya alam.
Diambilnya daun kering,bekas tumbukan padi, rumput kering yang dianggap bakal bangunan yang kuat. Diambilnya satu persatu, dengan kekuatan yang tak seberapa. Bahkan resiko oleng dan menabrak benda keras sudah siap dihadapi tak jarang harus kembali jatuh dan jatuh. Dibawa nya ke puncak tertinggi, dipilihnya dahan yang kuat dan begitu aman dari luar.
Kembali lagi dia mengambil satu persatu.
“Heyy, burung sialan. Mengambil sembarangan!!” Ditambah lemparan keras kerikil besar, yang sempat membuat sayapnya terluka. Jatuhlah si ibu burung.
“Lihat-lihat ada burung, ayo kita kejar dan tangkap. Dia tak bisa terbang,, yeeee ayoo!!” Suara keras memperingatkan dirinya dan menghajar semangat hidupnya.
“Aku harus bangkit, aku tidak boleh lemah. Bagaimana anakku, dia belumlah datang di dunia.” Terbanglah si burung, lagi dan lagi menghindari 5-6 anak yang menghadangnya. Sakit dirasa, tak pernah terasakan demi calon anaknya. Satu persatu pun dibuatnya rumah, dianggapnya cukup nyamanlah baru di hentikan nya semua kegiatan beresiko itu.
Setelah selesai, dia keluarkan benih benih telur itu, bahkan dengan resiko sakit yang luarbiasa. Ya hanya bisa dia rasakan sendiri. Keluarlah bakal calon anaknya menjadi beberapa butir telur, yang dianggap semangat terbesar dalam hidup. Dirawatnya perbutir telur dengan baik, diberikannya kasih sayang tiada tara yang begitu sangat adil. Dipeluknya dengan erat, tanpa ada satupun tertinggal. Ditahannya segala rasa lapar dan haus sampai berada di titik puncaknya. Dengan sangat berat hati, ditinggalkan nya butir telur itu. Tak kuat hati dia terus berdoa sebelum pergi.
“Nak, ibu harus meninggalkankan mu sebentar saja. Ibu harus mencari makan agar ibu cukup kuat menemanimu. Ya Allah lindungilah calon anakku, hindarkan dia dari bahaya dunia.” Bahkan doa terbesar hanyalah untuk sang calon anaknya.
Terbanglah dia tinggi, mencari sesuap biji yang dianggapnya pengganjal perut. Didapatnya dengan usaha yang sangat keras, melawan puluhan rintang untuk dapatkan sebuah anugerah rasa kenyang. Kembalilah dia, senyum merekah membuatnya bersyukur tak terkira.
“Alhamdulillah, terimakasih ya Allah Engkau lindungi calon anakku hingga dia mendapat kesempatan hidup.”
Dengan bahagiannya dipeluknya butir butir telur itu, diberikannya kasih sayang luarbiasa. Dengan sabar ditunggunya butir telur menetas, hingga akhirnya tibalah suatu hari telurpun menetas. Terlihat bahagia yang sangat besar terpancar dari ibu burung, tak henti-hentinya bersyukur sambil dikasihi anaknya dengan lembut.
“Citt-ciiik-ciiik-ciiit” suara anak anaknya yang terdengar seperti mengucap ibu ibu ibu. Dengan bergegas si ibu, menemukan titik cerah semangat membara. 
“Tenanglah nak, aku tahu kalian lapar. Tunggulah disini, ibu secepat mungkin akan kembali.” Ditinggalkannya dengan berat hati, namun dibawanya harapan yang bersinar. Berusaha lagi dan lagi dia kuatkan dirinya, berharap semoga pulangnya membawa berkah makanan. Ditembusnya lagi segala rintang, dihadapinya tangan-tangan kejam tak berperikemanusiaan. Dihadapnya ribuan halang yang mencoba melemahkan hidup dan semangatnya. Tak gentar dan tak gentar, kata hebat yang bisa diberikan pada ibu burung. Terluka sakit tak kan berasa, demi sebuah harga sayang yang luarbiasa. Kembali lah ibu burung membawa berkah makanan, disuapkannya satu persatu untuk sang anak dengan lembut. Diberikannya sebuah harapan cahaya tulus ikhlas, agar anaknya mampu menembus luasnya dunia.
Dilakukannya itu lagi dan lagi, dengan sabarnya dia merawat tanpa takut akan resiko diri sendiri walaupun harus mati. Tetapi hidup anaknya adalah harga mati.
Tibalah disuatu saat, ketika sayap sang anak bertambah kuat, tubuh yang dirasa cukup besar dan tak lagi harus dituntun. Hingga saatnya si anak tak lagi ingin dirumah kecil itu, dia ingin terbang sangat tinggi, mencari jalan hidupnya sendiri, mencapai cita-citanya menerobos luasnya dunia. 
“Ibu, aku sudah tak nyaman dirumah kecil ini, bolehkah aku pergi menikmati indahnya kekuasaan Sang Kuasa? Aku ingin mengejar hidup yang luarbiasa ibu, dan aku ingin bebas mengangkasa.”
Dengan sangat berat sang ibu membalasnya.
“Tentu saja nak, kan kuijinkan kau pergi bebas. Kini saatnya lah engkau mengejar impianmu, tugas ibu sudah selesai. Doa ibu selalu bersamamu, bawa ajaran ibu dimanapun kalian hidup. Jadilah burung yang berguna untuk saudara dan anak-anakmu kelak.”
Dengan saling tangis melepas kepergian sang anak satu persatu.
“Terbanglah bebas dan setinggi mungkin nak, sampai jumpa di dunia yang sudah kau genggam sendiri. Hanya satu yang ibu akan takutkan nak, Akankah kamu kembali? Kerumah kecil dimana kamu menjadi besar, ditempat biasa hingga kau menemukan jalan luarbiasa. Tempat sederhana yang tak seberapa hingga kau menemukan impian megah yang sungguh beberapa. Dan akankah kamu kembali? Menengok ibu yang mungkin sudah renta? Kasih sayang ibu tak akan pernah terlepas begitu saja nak.”
Dibalasnya ucapan tulus ibu dengan sendu yang menemani ucapannya. Ditegapkannya hatinya dan dikuatkannya hingga dia benar benar siap melangkah.
“Terimakasih ibu atas doa dan restumu yang membuka jalanku, terimakasih atas kasih sayang tak terkira hingga luka tak begitu terasa hingga aku dewasa. InsyaAllah ibu, pasti kau tak akan pernah terlupa begitu hebatnya kau memberiku berjuta cahaya untuk hidup ke dunia. Aku akan kembali bu, dan pasti akan kembali. Doakan aku kembali dengam dunia yang ku genggam sendiri bu. Sampai jumpa ibu… Aku sangat menyayangimu❤
Tangispun saling melepas semuanya, hingga kebahagiaan terpancar tak terkira atas kasih tulus, yang Sang Maha Kuasa berikan.

Sungguh aku kembali tersendu sendiri, pelajaran luarbiasa yang harusnya memberikan gambaran kepada kita semua. MasyaAllah.
Iya InsyaAllah pasti, aku akan kembali💞. Aamiin

#tumblr2016

No comments:

Post a Comment